Kamis, 19 Juni 2014

STRATEGI 4P DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS



Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.
 Pengembangan kreatifitas dengan pendekatan 4P
1.         Pribadi
Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif.
2.         Pendorong
Untuk mewujudkan bakat kreatif siswa diperlukan dorongan dan dukungan dari lingkungan (motivasi eksternal) yang berupa apresiasi, dukungan, pemberian penghargaan, pujian, insentif, dan dorongan dari dalam diri siswa sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula dihambat dalam lingkungan yang tidak mendukung. Banyak orang tua yang kurang menghargai kegiatan kreatif anak mereka dan lebih memprioritaskan pencapaian prestasi akademik yang tinggi dan memperoleh rangking tinggi dalam kelasnya. Demikian pula guru meskipun menyadari pentingnya perkembangan kreatifitas tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas.
3.         Proses
Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama – tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan produk kreatif yang bermakna.
4.         Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (Kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.


Inteligensi

Banyak ahli yang memberikan definisi inteligensi, diantaranya

(Santrock, 2008)
:
—Keahlian untuk memecahkan masalah (problem solving)
—Kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari
Inteligensi adalah keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari

Binet :
  • Kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan
  • Kemampuan mengarahkan tindakan bila tindakan tersebut telah dilaksanakan 
  • Kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (autocriticism)

Terman                      : kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak
Thorndike                 : kemampuan dalam menghubungkan respon tertentu dengan stimulus tertentu
Weschler                   : kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan 
                                     tertentu, berpikir secara sasional serta menghadapi lingkungan secara efektif
Walters dan Gadner : Serangkaian kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah
                                     sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu


Inteligensi dipisahkan atas 3 macam, yaitu:
—Kapasitas: keseluruhan kemampuan intelektual yang dimiliki seseorang (hal ini sulit untuk diukur)
—Potensi : kemampuan intelektual seseorang yang seharusnya dapat ia tampilkan dan dikembangkan secara maksimal
—Fungsi: penampilan tingkah laku seseorang yang menggambarkan tingkat kecerdasannya. Bila fungsi intelektual ini berkembang secara maksimal maka akan sama dengan potensinya



Teori-Teori Inteligensi

Alfred Binet:
–Inteligensi bersifat monogenetik, yaitu berkembang dari satu faktor satuan atau faktor umum (g)
–Inteligensi terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang
–Untuk mengetahui seseorang cukup inteligen atau tidak:
   -->dapat diamati dari cara & kemampuannya utk melakukan suatu tindakan serta kemampuan mengubah
   arah tindakannya itu bila perlu (Arah, Adaptasi dan Kritik)


Spearman
–Tingkah laku didasari oleh dua faktor yg saling berkorelasi, yaitu:
•Faktor umum atau general factor (g)
–Tergantung pada dasar (genetis)
•Faktor-faktor khusus atau special factor (s)
–Dipengaruhi oleh pengalaman (lingkungan, pendidikan)


Thorndike
•Inteligensi terdiri atas berbagai kemampuan spesifik yg diwujudkan sebagai perilaku inteligen.
•Inteligensi diklasifikasikan dalam tiga bentuk kemampuan, yaitu:
–Kemampuan abstraksi, yaitu suatu kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan gagassan dan simbol-simbol
–Kemampuan mekanik, yaitu suatu kemampuan untuk bekerja menggunakan alat-alat mekanis dan kemampuan untukmelakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas indera gerak (sensory-motor)
–Kemampuan sosial, yaitu suatu kemampuan untuk menghadapi orang lain di sekitar diri sendiri dengan cara-cara efektif
•Ketiga kemampuan ini tidak terpisahkan secara eksklusif dan juga tidak berkorelasi satu sama lain dalam diri seseorang.


Burt
•Pada individu terdapat faktor g yg mendasari semua tingkah lakunya,serta banyak faktor s.
•Selain faktor g dan s, ia menambahkan faktor ketiga yg disebut dgn faktor c atau common factor
•Faktor c berfungsi pada sejumlah tingkah laku, tetapi tidak pada semua tingkah laku. --> faktor c lebih luas dari faktor s tetapi lebih sempit daripada faktor g.

Thurstone
•Faktor g itu tidak ada, yg ada hanyalah faktor c dan faktor s.
•Inteligensi digambarkan terdiri atas sejumlah kemampuan mental primer (c), yaitu:
–Verbal Comprehension
–Word fluency
–Number
–Space
–Associative memory
–Perceptual speed
–Inductive reasoning
•Faktor c terdiri atas sejumlah faktor s
•Faktor-faktor c tidak terpisah secara eksklusif dan tidak pula independen satu dari yang lain


Guilford
•Sependapat dgn Thurstone bahwa yg pokok itu adalah faktor c, bahkan menurutnya hanya inilah faktor-faktor inteligensi itu.
•Faktor c menurut Guilford berjumlah 120, yg dilihat atas 3 dasar yaitu:
–Proses (operation) = cognition, memory, divergent production, convergent production, dan evaluation
–Isi (content) = figural, symbolic, semantic, dan behavioral
–Hasil (product) = unit, classes, relations, systems, transformations, dan implications






















Rabu, 18 Juni 2014

Lupa dan Sebab Terjadinya

Jika diminta untuk menggambarkan apa yang terjadi hari ini, kita dapat secara akurat mengingat banyak peristiwa semisal percakapan pribadi. Namun, ketika esok harinya kita ada dua mata kuliah ujian, sekalipun kita sudah belajar pada malam sebelumnya, ada beberapa hal yang tampaknya telah kita lupakan. Mengapa beberapa memori menjadi hilang atau tidak dapat ditarik kembali? Apa yang menyebabkan terjadinya lupa?

Pengertian lupa

              Lupa adalah istilah yang sangat populer di masyarakat. Setiap waktu pasti ada orang yang lupa akan sesuatu, baik tentang peristiwa masa lampau ataupun sesuatu yang akan dilakukan, atau mungkin hal yang baru saja dilakukan. Fenomena ini dapat terjadi pada siapapun, baik anak-anak, remaja, orangtua, guru, pejabat, profesor, petani, dan sebagainya.
              Lupa mengacu pada ketidakmampuan untuk mengambil, mengingat, atau mengenali informasi yang disimpan atau masih tersimpan dalam memori jangka panjang. Lupa juga dapat diartikan sebagai suatu gejala dimana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan.

 Sebab-sebab terjadinya lupa

Daya ingat memori kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah kita ketahui, tetapi tidak dapat diingat kembali pada suatu waktu. Alasannya antara lain: apa yang telah kita ingat, dimana disimpan dalam bagian tertentu di otak, tidak pernah atau jarang digunakan lagi. Akibatnya memori itu akan terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Atau ketika kita mempelajari sesuatu yang baru, ada kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat pada suatu waktu tidak dapat diingat kembali.

Beberapa sebab-sebab mengapa orang bisa melupakan tentang suatu hal akan dibahas di bawah ini.
1. Represi
Menurut Freud, represi adalah proses mental yang secara otomatis menyembunyikan informasi tentang emosi mengancam atau kecemasan di bawah sadar, dimana memori yang ditekan tidak dapat dipanggil secara sukarela, tetapi sesuatu yang dapat menyebabkan mereka untuk memasuki kesadaran di lain waktu.

2. Poor retrieval cues/ poor encoding
Isyarat pengambilan merupakan pengingat mental yang kita ciptakan dengan membentuk gambar mental yang jelas atau membuat asosiasi antara informasi baru dan informasi yang kita sudah tahu.

3. Interference
Gangguan, dimana merupakan salah satu alasan umum dalam hal lupa, memiliki pengertian bahwa penarikan kembali beberapa memori tertentu diblokir atau dicegah dengan memori terkait lainnya.

4. Amnesia
Amnesia, yang mungkin bersifat sementara atau permanen, adalah hilangnya memori yang mungkin terjadi setelah pukulan atau kerusakan pada otak atau setelah penyakit, anestesi umum, obat-obatan tertentu, atau trauma psikologis yang parah.

5. Distorsi
kita mungkin tidak menyadari kapan kita tidak dapat mengingat sesuatu karena distorsi memori yang disebabkan oleh bias atau sugesti. Misalnya, bias beroperasi ketika mahasiswa mengingat 89% dari nilai A di SMA tetapi hanya 29% dari nilai D yang diingat atau ketika pasangan bercerai hanya mengingat sebagian besar saat-saat yang buruk saja, tidak untuk yang baik. sugesti beroperasi ketika korban kejahatan merupakan orang yang salah diidentifikasi yang kemudian diperjelas oleh bukti DNA. karena bias dan sugesti, kita lupa atau tidak dapat mengingat suatu hal, sering tanpa kita menyadari distorsi memori.

Teori-teori mengenai lupa

Ada empat teori utama tentang lupa: decay theory, yang menyatakan bahwa waktu sendiri menyebabkan memori jejak memudar, interference theory, yang menunjukkan bahwa memori lain akan mengganggu dalam mengingat, reconstruction (schema) theory, yang menyatakan bahwa informasi dalam memori menjadi terdistorsi ketika kita mencoba untuk mengingatnya, dan motivated forgetting, yang menunjukkan bahwa kita lupa akan informasi yang tidak menyenangkan atau mengancam.

1. Decay theory
Teori ini menyatakan bahwa memori menjadi semakin lemah dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali. Memori yang tidak digunakan akan memudar secara bertahap dari waktu ke waktu. Setiap informasi dalam memori akan meninggalkan jejak. Jejak ini akan hilang atau rusak bila tidak pernah dipakai lagi.

2. Interference theory
Teori gangguan didasarkan pada bukti kuat bahwa kejadian lupa di LTM tidak terjadi karena berlalunya waktu, melainkan, karena memori lain mengganggu pengambilan apa yang kita coba ingat, terutama jika memori lain yang mirip dengan salah satu memori yang kita coba ingat. Dalam kata lain lupa terjadi karena informasi yang satu mengganggu proses mengingat informasi lainnya.

Psikolog merujuk pada gangguan yang dibangun oleh memori dari pembelajaran sebelumnya sebagai gangguan proaktif (proactive interference) dan gangguan yang dibangun oleh memori dari pembelajaran setelahnya sebagai gangguan retroaktif (retroactive interference).

3. Reconstruction (schema) theory
Pertama kali disajikan pada tahun 1932 oleh Sir Fredric Bartlett, teori yang dikenal sebagai teori rekonstruksi, atau teori skema, menunjukkan bahwa informasi yang tersimpan dalam LTM tidak dilupakan dalam arti biasa, tetapi kadang-kadang diingat dalam kondisi terdistorsi, dengan cara yang salah. Skema adalah jaringan asosiatif yang terdiri dari keyakinan, pengetahuan, dan harapan. Ingatan kita tentang informasi dalam memori jangka panjang sering menjadi terdistorsi, karena kita mengingatnya dengan cara yang lebih konsisten dengan skema ini.

4. Motivated forgetting
Bertahun yang lalu, Sigmund Freud menyarankan bahwa kita lupa beberapa informasi, karena itu mengancam kita dalam beberapa cara. kita akan memiliki lebih banyak untuk mengatakan tentang teori lupa termotivasi dalam kepribadian. Freud percaya bahwa pikiran sadar sering ditangani dengan informasi yang tidak menyenangkan atau berbahaya dengan mendorongnya tak sadarkan diri, dengan tindakan represi. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran.

Senin, 16 Juni 2014

Perbedaan Kepribadian dan Tempramen

Kepribadian

            Kepribadian atau personalitas adalah pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi duniannya.
             Beberapa peneliti kepribadian percaya bahwa mereka telah mengidentifikasi lima faktor utama dari kepribadian, yakini "ciri bawaan paling menonjol" yang dianggap bisa mendeksripsikan dimensi utama dari kepribadian : opennes, conscientiousness, extraversion, agreeableness, dan neruoticism ( atau biasa disebut OCEAN). Sejumlah studi riset menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut merupakan dimensi penting dari kepribadian.



Kepribadian yang sehat

  • Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.
  • Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
  • Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
  • Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
  • Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
  • Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak)
  • Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
  • Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang lain, karena kekecewaan dirinya.
  • Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
  • Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
  • Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

Kepribadian yang tidak sehat

  • Mudah marah (tersinggung)
  • Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
  • Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
  • Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda atau terhadap binatang
  • Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah diperingati atau dihukum
  • Kebiasaan berbohong
  • Hiperaktif
  • Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
  • Senang mengkritik/mencemooh orang lain
  • Sulit tidur
  • Kurang memiliki rasa tanggung jawab
  • Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang bersifat organis)
  • Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
  • Pesimis dalam menghadapi kehidupan
  • Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan 


Tempramen

       Tempramen  adalah gaya perilaku seseorang dan cara khasnya dalam memberi tanggapan atau respons.
Ilmuwan yang mempelajari temperamen berusaha mencari cara terbaik mengklasifikasikan temperamen.Klasifikasi paling terkenal adalah klasifikasi oleh Alexander Chess dan Stella Thomas.Mereka percaya bahwa ada tiga tipe atau jenis temperamen:
  • Anak mudah biasanya memiliki mood positif, cepat membangun rutinitas, dan mudah beradaptasi dengan pengalaman baru.
  • Anak sulit cenderung bereaksi negatif, cenderung agresif, kurang kontrol diri, dan lamban dalam menerima pengalaman baru.
  • Anak lambat bersikap hangat biasanya beraktivitas lamban, agak negatif, menunjukkan kelambanan dalam beradaptasi, dan intesitas mood yang rendah.

Kamis, 12 Juni 2014

Andragogi dan Pedagogi



Saat ini saya akan membagikan pengalaman saya yang berkaitan dengan Andragogi dan Pedagogi. Sebelumnya kita harus tau apa yang dimaksud dengan Andragogi dan Pedagogi. Andragogi adalah sebuah teori belajar yang dikembangkan khusus untuk kebutuhan orang dewasa. sedangkan pedagogi adalah sebuah teori belajar untuk masa kanak-kanak di mana orang dewasa akan mengambil tanggung jawab untuk memberikan keputusan.Pada pembelajaran andragogi orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan, menggunakan metode aktif,evaluasi dari pembelajaran yang mereka ikuti dan belajar bagi orang dewasa lebih berpusat pada permasalahan dibanding pada isinya (Orientasi belajar), serta pembelajar disebut 'peserta didik' atau 'warga belajar' Sedangkan pada pedagogi konsep diri masih ketergantungan, metode pendidikan yang pasif, orientasi belajarnya masih berpusat pada substansi mata pelajaran, serta pembelajar disebut dengan 'siswa' atau 'anak didik'. Bukan berarti pedagogi adalah untuk anak-anak saja dan andragogi adalah untuk orang dewasa, pada situasi tertentu ada beberapa kondisi dimana pedagogi untuk orang dewasa dan beberapa situasi andragogi sesuai untuk anak-anak.




Nah saya akan membagikan sedikit pengalaman saya selama menempuh pendidikan baik di jenjang SD, SMP, SMA maupun di jenjang kuliah. Saat di jenjang masa sekolah baik itu SD, SMP, atau SMA pembelajaran berpusat pada guru , focus belajar masih terletak pada 1 sumber utama yaitu guru . Misalnya jika ada materi pelajaran yang disampaikan maka sumber yang kami terima hanya dari guru kami . Kami sebagai peserta didik yang pasif melakukan sesuatu hal atau misalnya tugas karna sudah mendapat perintah, kami tidak pernah inisiatif sendiri untuk mencari materi selanjutnya yg akan kami bahas di kelas. saat saya masih belajar di bangku sekolah, saya hanya tahu untuk belajar, tapi tidak tahu belajar itu untuk apa. Saya belajar itu dikarenakan ada tekanan sosial dari orang tua dan guru saya yang mengharuskan saya belajar. Dan pada saat saya duduk di bangku sekolah saya belum mengenal evaluasi misalnya jika ada tugas kami tidak pernah tau tugas kami benar atau salah karna tidak pernah di revisi kami hanya menerima nilai yang diperiksa guru kami. Kegiatan yang kami lakukan masa sekolah lebih banyak diatur oleh peraturan yang dibuat oleh sekolah misalnya kami harus mengikuti pelajaran dari waktu yang sudah ditentukan sampai jam pulang yang juga sudah ditentukan, kami melakukannya karna kami sebagai anak didik harus mengikuti segala peraturan dari peserta didik. Maka dari pengalaman sayang di bangku SD, SMP, SMA kami sebagai anak didik atau disebut pedagogi.



Sekarang saya sudah menjadi seorang mahasiswa , namanya juga maha artinya kami sudah lebih tinggi jenjangnya , maka dalam pembelajaran pun kami sudah berbeda. Dalam pembelajaran perkuliahan dosen hanya sebagai fasilitator, sangat berbeda dengan guru SD, SMP, dan SMA yang selalu menjadi focus utama. Sekarang saya belajar bukan lagi karena tekanan sosial, tetapi karena saya sebagai peran sosial. Saya sudah menyadari peran saya sebagai mahasiswa dan menyadari bahwa saya memiliki tanggang jawab sebagai mahasiswa. Saya sudah mengenal apa itu evaluasi diri. Saya sudah mengevaluasi diri sendiri tiap semester atau tiap tahunnya. Saya ambil contoh, dalam perkuliahan psikologi pendidikan kemarin kami sebagai mahasiswa belajar aktif karna harus menyusun puzzle yang diberikan dosen untuk mengetahui pembelajaran yang akan kami bahas, dosen menyerahkan semuanya kepada kami agar kami belajar aktif dan mencari solusi sendiri, kenapa dosen yakin untuk menyerahkan sepenuhnya kepada mahasiswa karena dia berpikir kalau kami sebagai seorang mahasiswa harus berpikiran kritis. Karena saya menjadi peserta didik maka saya melakukan pembelajaran andragogi.

Itulah sebagian pengalaman saya tentang pembelajaran andragogi dan pedagogi yang berkaitan tentang pembelajaran saya selama menempuh jenjang pendidkan.









Selasa, 10 Juni 2014

Pendidikan Anak Prasekolah


Pendidikan pra
sekolah adalah pendidikan yang diberikan kepada anak-anak balita sebelum masuk sekolah taman kanak-kanak atau pendidikan dasar pertama yaitu sekolah dasar (SD). Sistem pendidikan ini juga sering dinamakan dengan pendidikan usia dini atau PAUD.Mendidik anak sejak dini memang memang perlu melibatkan masyarakat umum bukan sekedar menjadi tugas orangtua semata. Karena rentang usia antara nol hingga enam tahun adalah masa emas dimana otak anak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada usia ini anak dengan mudah menyerap berbagai informasi melalui obyek yang dilihat dan diamati. Sebab pendidikan pra sekolah atau PAUD akan mengajarkan pada anak untuk memilih mana info yang boleh dijadikan contoh dan info yang tidak boleh diserap. Sehingga mereka sudah bisa membedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang merupakan pelanggaran serta tidak boleh ketika masuk pada pendidikan dasar pertama.

1)      Ciri Fisik Anak Prasekolah Atau TK
     Anak prasekolah pada dasarnya aktif dan mereka menyukai kegiatan yang melibatkan dirinya sendiri. 
2)      Ciri Sosial Anak Prasekolah atau TK
     Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.
3)      Ciri Emosional Anak Prasekolah atau TK
      Anak prasekolah mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. 
4)      Ciri Kognitif Anak Prasekolah atau TK
   Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari mereka senang berbicara. Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk berbicara, sebagian dari mereka dilatih untuk menjadi pendengar yang baik. 

Yang penting dalam pendidikan anak prasekolah adalah fungsi orangtua dalam mengontrol, menjaga,  dan 
memberi didikan pada anak-anak. Pada umumnya anak-anak prasekolah memiliki kemampuaan sebagai
peniru yang baik seperti teori Bandura (social-learning).    Menurut Bandura proses mengamati dan meniru 
perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan 
perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan 
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar social jenis 
ini. Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat 
terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku 
model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu
sedang memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut
dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu.