Senin, 29 Desember 2014

Susi Pudjiastuti, Inilah Sepenggal Kisah Hidup Saya

Susi Pudjiastuti, Inilah Sepenggal Kisah Hidup Saya


Inilah sepenggal kisah dari saya, Saya mengenal dunia usaha sejak remaja. Tepatnya sejak saya memutuskan untuk meninggalkan bangku sekolah tahun 1982. Waktu itu saya baru kelas 2 SMA. Saya sadar dengan hanya berbekal ijazah SMP, tak akan ada satupun perusahaan yang mau mempekerjakan saya. Kalaupun ada hanya sebatas sebagai cleaning service.
Tapi pada saat itu saya yakin bahwa putus sekolah bukanlah akhir dari segalanya. Meskipun mungkin keputusan itu salah; saya tidak pernah menyesalinya. Yang saya sangat tahu waktu itu adalah "School was just not my thing". Saya selalu punya keyakinan kalau kita mau berbuat sesuatu pasti akan ada jalan, saya selalu percaya bahwa manusia diberi pilihan untuk menciptakan jalan hidup yang dipilihnya.
Saya ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang yakin akan menghasilkan uang, di mana akhirnya saya tidak harus bergantung dengan orang lain.
Saya tidak suka ketergantungan, karena ketergantungan akan mengurangi kemandirian. Tanpa kemandirian kita akan selalu dalam keterbatasan dalam menciptakan atau mengerjakan sesuatu, sehingga akhirnya hasilnya tidak sesuai dengan yang kita rencanakan.
Kehidupan nelayan di Pangandaran dan pesisir Pantai Selatan Jawa, begitu keras dan penuh resiko, dinihari melaut siang/sore baru pulang, setiap hari tidak peduli ombak atau cuaca untuk sebuah keyakinan. Ini banyak memberikan kepada saya keyakinan & lebih mengerti makna hidup adalah sebuah keyakinan.
Masa-masa itu untuk bertahan hidup saya jualan Bed Cover, cengkeh, hingga akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan. Pokoknya apa saja yang bisa saya kerjakan akan saya kerjakan.
Ketika pada akhirnya saya fokus di bisnis hasil tangkapan Lobster nelayan, peluang besar itu akhirnya datang. Tantangannya adalah saya harus membawa Lobster hidup dari Pangadaran ke Jakarta untuk diekspor ke luar negeri.
Perjalanan yang jauh, berjam-jam membuat angka kematian sangat tinggi. Hal ini membuat saya bertekad menerbangkan lobster-lobster hidup tadi dengan pesawat kecil ke Jakarta. Para pemimpin masa depan, dalam hidup ini kita juga harus berani mengambil resiko.
Ini terjadi ketika saya kembali nekat memutuskan mendaratkan pesawat kecil saya di Meulaboh dan Pulau Simeuleu, setelah tsunami menggerus pesisir timur propinsi NAD. Semua orang tergerak untuk membantu, termasuk saya. Tanpa izin terbang bahkan ijin operasi, tanpa kepastian bisa mendarat atau tidak, saya akhirnya bisa meyakinkan semua pihak, Meulaboh bisa ditembus lewat udara.
Dan sejak hari itu bantuan mengalir ke sana. Ini bukanlah kisah heroik saya. Namun, ada perasaan "Hangat" (saya merasakan "good feeling" yang luar biasa!) menyusup ke dalam hati kita, ketika kita mampu berbuat sesuatu untuk orang lain karena kita bisa & memutuskan untuk melakukannya.
Keyakinan, keberanian seperti inilah yang membuat saya bertahan dan menjadi seperti sekarang ini; membawa pesawat-pesawat kecil saya menembus pedalaman, pelosok Indonesia.
Pemimpin masa depan, saya tahu tidaklah mudah memulai sebuah usaha di negeri kita tercinta ini. Begitu banyak barikade yang harus kita hadapi, dari regulasi yang tidak fleksibel, paper work exercise yang berlapis yang mencekik kita, bahkan setelah kita menjadi sebesar sekarang.
Tapi itulah tantangan kita, untuk membuat lingkungan usaha lebih kondusif bagi semua pihak, untuk menciptakan lapangan kerja dan kesempatan untuk lebih banyak anak bangsa. Yang saya lakukan hanyalah sebagian dari tujuan kita untuk menjadi bagian Indonesia. Memudahkan, mendekatkan anak-anak bangsa dengan ibu kota, atau kabupaten dengan propinsi.
Mengubah hari perjalanan menjadi hanya satu jam atau dua jam saja. Ikut berpartisipasi menjaga NKRI. Pesan saya untuk para pemimpin masa depan: mulailah ubah pola pikir kita, untuk selalu mau bekerja keras jangan berleha-leha.
Sangatlah tidak pantas di negeri yang kaya raya; kita menjadi miskin. Seperti tikus mati di lumbung padi. Sumber daya apa yang kita tidak punyai di negeri ini?
Saya tahu saya orang yang tidak mau diatur, diperintah atau disuruh untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan hati nurani, tapi itulah yang membuat saya menjadi manusia dengan pikiran merdeka.
Pemimpin masa depan, yakinlah keberhasilan kita untuk masa depan bangsa kita hanya kita dapatkan dengan jiwa & pikiran yang merdeka & mandiri. (dikutip dari merdeka.com)



  TEORI ALBERT ELLIS


Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari konsep-konsep kunci teori Albert Ellis. Teori Ellis mengenai Rational Emotive Behavior Therapy (REBT)  berlandaskan pada lima hal yang dikenal dengan singkatan ABCDE:

·         Activating experiences mencakup peristiwa luar yang dialami individu. Pengalaman-pengalaman seperti kesulitan keluarga, kendala pekerjaan, trauma masa kecil, perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan hal-hal lain yang menyebabkan ketidakbahagiaan. Peristiwa yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. 
·         Beliefs  mencakup keyakinan-keyakinan terutama yang bersifat irasional dan merusak diri sendiri yang juga merupakan sumber ketidakbahagiaan. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional (rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB). Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat, masuk akal, dan bijaksana.Keyakinan yang tidak rasional merupakan keyakinan atau sistem berpikir seseorang yang salah, tidak masuk akal,dan cenderung emosional. 
·         Consequence yakni konsekuensi-konsekuensi berupa gejala neurotik dan emosi negatif seperti panik, dendam, dan amarah karena depresi yang bersumber dari keyakinan yang keliru.
·         Dispute merupakan keyakinan irasional yang harus dilawan oleh seorang terapis agar kliennya dapat menikmati dampak. Effect psikologis positif dari keyakinan yang rasional
 ·        Effect psikologis positif dari keyakinan yang rasional
  
Pengaplikasian Teori dengan Berita
  • Activating experiences : Susi Pudjiastuti mengalami peristiwa-peristiwa eksternal dapat dilihat bahwa dia putus sekolah pada duduk di bangku 2 SMA, dia hanya berbekal ijazah SMP.
  • Beliefs : Keyakinan-keyakinan pada diri seseorang. Keyakinan ada yang irasional dan ada yang rasional. Dari kisah hidup Susi Pudjiastuti dia memiliki belief yg irasional dan rasional. Dapat kita lihat bahwa Susi sempat beranggapan bahwa tak akan ada satupun perusahaan yang mau mempekerjakan dia,kalaupun ada hanya sebatas sebagai cleaning service.Tapi di satu sisi Susi memiliki belief yang rasional yaitu Susi menganggap putus sekolah bukanlah akhir dari segalanya, Susi tidak menyesal jika ia putus sekolah. 
  • Consequence : Konsekuensi- konsekuensi yang akan dialami individu dari keyakinan yang keliru. Susi mengambil konsekuensi . Dari kisah Susi kita dapat melihat Susi ciptakan sebuah usaha, pekerjaan yang ia yakini menghasilkan uang. Walaupun awalnya Susi harus bertahan hidup dengan berjualan Bed Cover, cengkeh, hingga akhirnya menjual ikan hasil tangkapan para nelayan.
  • Dispute : Keyakinan irasional yang harus dilawan individu. Susi melawan keyakinan irasional yang menganggap kalau tak ada satupun perusahaan yang memperkerjakannya.
  • Effect : Susi menjadi seorang yang berhasil dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk orang lain
Referensi :
http://www.mypangandaran.com/artikel/detail/inspirasi-dan-opini/174/susi-pudjiastuti-inilah-sepenggal-kisah-hidup-saya.html